Terapi
Kandungan Isoflavon pada Kedelai sebagai Usaha Pencegahan Dini Penyakit
Diabetes Mellitus
Makalah
Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia dengan Dosen Pengampu : Drs.
Joko Sarwono
Disusun
oleh :
IZZAH
RIZAQ ISTIQOMAH
NIM
: J310120055
GIZI
STRATA I
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
DAFTAR
ISI
Halaman
sampul...........................................................................................i
Daftar
Isi.......................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang................................................................................1
B. Perumusan
masalah.......................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................4
BAB
II PEMBAHASAN
A. Diabetes
mellitus............................................................................5
1. Pengertian
diabetes mellitus...............................................6
2. Pengendalian
diabetes mellitus.........................................7
B. Upaya
epidemiologis.....................................................................7
1. Pencegahan
diabetes mellitus............................................8
C. Isoflavon..........................................................................................9
1. Beberapa
temuan manfaat isoflavon..................................10
D. Sumber
isoflavon............................................................................11
1. Jenis
dan sumber isoflavon...............................................11
2. Lignan,
kumestran, jenis dan sumbernya.........................12
E. Sifat
dan manfaat isoflavon...........................................................12
F. Korelasi
zat gizi isoflavon dengan diabetes mellitus..................14
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................17
B. Saran..............................................................................................17
DaftarPustaka............................................................................................18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Angka
prevalensi penyakit degenaratif saat ini semakin meningkat bahkan menjadi
penyebab kematian nomor satu didunia. Dahulu, penyakit degeneratif yang menjadi
faktor utama kematian hanyalah terjadi di negara-negara maju. Namun sekarang,
di negara berkembang pun juga banyak terjadi. Bahkan peningkatan prevalensi di
negara berkembang lebih menonjol dibanding negara maju.
Kemajuan
teknologi yang mengubah gaya hidup, pola makan dan aktivitas menentukan
kesehatan dan penyakit yang ada pada diri kita. Pola hidup yang berkembang di
masyarakat saat ini adalah pola hidup instan. Demikian pula dalam pemilihan
nutrisi makanan yang dikonsumsi. Masyarakat cenderung memilih segala sesuatu
yang instan karena dianggap lebih efisien, cepat dan praktis. Namun, mereka
tidak memperhatikan kandungan gizi dalam makanan instan yang mereka makan
tersebut. Padahal, faktor terbesar penyakit degeneratif menjadi penyebab
kematian adalah karena kesalahan gaya hidup dan tidak terkontrolnya pola makan.
Salah
satu penyakit degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh pola makan yang tidak
terkontrol adalah diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus bukanlah penyakit
baru yang muncul. Penyakit ini biasa disebut sebagai penyakit gula dan tidak
dapat dipandang remeh. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga
penderita tidak menyadari bahwa dirinya sudah terjangkit. Jika dibiarkan,
penyakit ini akan menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius. Diabetes
mellitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun ia dapat
dikendalikan (dikontrol) dan diperlambat. Diabetes mellitus akan menjadi bagian
keseharian seumur hidup penderitanya.
Penyakit
ini sudah lama dikenal, khususnya pada keluarga “berbadan besar” bersama dengan
gaya hidup tinggi. Namun kenyataannya, diabetes mellitus kini menjadi penyakit
umum, menjadi beban masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian. Dalam
jumlah, prevalensi penduduk dunia dengan diabetes mellitus mencapai 125-juta
per tahun, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250-juta dalam sepuluh tahun
mendatang. Menurut WHO, dunia kini dihuni oleh 171-juta penderita diabetes
mellitus dan akan meningkat dua kali pada
tahun 2030. Di Indonesia sendiri, penderita diabetes mellitus mencapai
8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 (tahun 2030).
Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu tiga puluh tahun.
Dengan
menganalisis angka-angka diatas, maka sudah menjadi tanggung jawab penggerak
kesehatan untuk bisa meminimalisir berkembangnya angka tersebut. Seperti sudah
diuraikan diatas, bahwa diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dicegah dan dikontrol. Perhatian lebih terhadap pola makan, gaya hidup serta
gizi makanan yang kita makan mampu mengurangi dampak diabetes mellitus.
Pencegahan
dan pengobatan menggunakan kandungan herbal akan lebih baik jika dibandingkan
dengan pengobatan kimia. Karena dampak dari efek samping obat-obatan kimia
lebih besar dibandingkan herbal. Salah satu contoh herbal yang mampu mencegah
penyakit ini adalah kandungan isoflavon dalam kacang-kacangan atau biji-bijian.
Saat
ini, masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang kandungan dalam
kacang-kacangan. Selain kacang-kacangan terkenal dengan protein nabati dan
lemak nabati nya, ternyata kacang juga mengandung isoflavon tinggi yang mampu
meminimalisir angka kematian akibat diabetes mellitus.
Isoflavon
juga terkandung dalam buah-buahan dan sayur-sayuran seperti tomat, jeruk dan
lain-lain. Oleh sebab itu, asupan sayur dan buah yang tinggi juga penting.
Selain untuk mendapatkan isoflavon sebagai antioksidan, dalam sayuran dan
buah-buahan juga mengandung vitamin, mineral dan serat yang sangat berguna bagi
tubuh.
Isoflavon
sendiri merupakan bagian kelompok fitoestrogen, yaitu komponen bahan alam yang
banyak terdapat pada kedelai. Akhir-akhir ini, senyawa tesebut menarik
perhatian dalam dunia medis. Para peneliti juga meyakini bahwa isoflavon mampu
mencegah terjadinya oksidasi LDL, yang menjadi pemicu atherosklerosis. Hasil
penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa penggunaan protein kedelai
mampu menurunkan kadar kolesterol dan berdampak positif terhadap obesitas dan
diabetes mellitus.
Karena
isoflavon mampu mencegah penyakit diabetes mellitus, maka penulis tergugah
untuk mengangkat tema ini sebagai bentuk kepedulian terhadap usaha-usaha
preventif diabetes mellitus melalui media pangan yang murah meriah disekitar
kita. Agar dampak jangka panjangnya kelak mampu menurunkan angka prevalensi
kematian akibat diabetes mellitus dan menggugah masyarakat agar lebih
membudayakan panganan kaya isoflavon yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh.
B. Perumusan
masalah
1. Mengapa
angka prevalensi diabetes mellitus semakin meningkat?
2. Apa
saja faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes mellitus?
3. Apa
cara atau usaha preventif yang berbasis alam yang baik bagi penderita diabetes
mellitus?
4. Bagaimana
kandungan kedelai dan pengaruhnya bagi penderita diabetes mellitus?
C. Tujuan
1. Memaparkan
definisi diabetes mellitus dan isoflavon dengan jelas dan mudah dimengerti
2. Menjabarkan
bahaya penyakit diabetes mellitus dan pentingnya usaha pencegahan penyakit
tersebut
3. Memberikan
informasi mengenai kandungan isoflavon dalam kedelai yang sangat bermanfaat
4. Memberikan
solusi terbaik selain pengobatan kimia bagi penderita diabetes mellitus
5. Mengubah
pola pikir masyarakat yang selama ini beranggapan bahwa penderita diabetes
mellitus tidak dapat disembuhkan melalui terapi alami
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Diabetes
mellitus
Di
Mesir, tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu penyakit dengan gejala
sering kencing dan dalam jumlah banyak disebut poliurinaria serta penurunan berat badan yang sangat drastis tanpa
disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi, penulis India,
Sushrutha, memberi nama penyakit ini penyakit kencing madu (honey urine disease).
Areteus,
pada tahun 200 sebelum Masehi merupakan orang yang pertama kali memberikan
istilah diabetes yang berarti “mengalir terus” dan mellitus yang berarti
“manis”. Disebut diabetes karena selalu minum dalam jumlah banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir
terus berupa urine yang banyak. Disebut mellitus karena urine penderita ini
mengandung gula atau glukosa.
Diabetes
mellitus yang kini dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis merupakan
gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula dalam
darah penderitanya akibat resistensi atau kekurangan insulin.
Penyakit
ini sudah lama dikenal, khususnya dalam keluarga yang berbadan besar (gemuk)
ditambah dengan gaya hidup yang “tinggi”. Namun saat ini, penyakit diabetes
bukan lagi “penyakit orang kaya”. Disebut penyakit orang kaya karena menyerang
orang-orang yang “subur” dengan pola makan dan gaya hidup yang serba instan.
Kenyataannya, penyakit diabetes mellitus sudah menjadi penyakit masyarakat
umum, menyerang setiap golongan, baik dinegara maju maupun negara berkembang.
Bahkan
dalam jumlah prevalensi, jumlah penderita diabetes (diabetisi) dalam negara
berkembang lebih banyak dibandingkan negara maju.
1. Pengertian
diabetes mellitus
Diabetes
mellitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya kadar hormon
insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini
mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses
secara sempurna, sehingga kadar glukosa dalam tubuh menjadi meningkat.
Gula
yang meliputi polisakarida, oligosakarida dan disakarida berfungsi sebagai
penghasil tenaga yang menunjang seluruh aktivitas tubuh. Oleh karena itu,
seorang diabetisi biasanya akan mengalami lesu, haus, sering buang air kecil
dan penglihatan menjadi kabur.
Pada
dasarnya, diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang
disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin yang diproduksi di pankreas
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam
tubuh seorang penderita diabetes mellitus tidak dapat diserap semua oleh tubuh
dan tidak mengalami metabolisme sel. Akibatnya, penderita menjadi lesu dan
berat badan terus menurun.
Sekitar
tahun 1960, diabetes mellitus diartikan sebagai penyakit metabolisme yang
dikelompokkan dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia. Karena itu, diabetes
mellitus juga sering disebut sebagai penyakit gula. Hal ini juga dikarenakan
ketidakmampuan sel mempergunakan karbohidrat sebagai penghasil energi. Saat ini
diabetes mellitus bukan hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme
karbohidrat, namun juga menyangkut lemak dan protein.
2. Pengendalian
diabetes mellitus
Diabetes
mellitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dalam prosesnya,
dapat diperlambat atau dikendalikan. Secara umum, pengendalian diabetes
mellitus dimaksudkan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan, mengidealkan
berat badan dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi.
Prinsip
dasar manajemen pengendalian atau penanganan diabetes mellitus meliputi
pengaturan makanan, latihan jasmani, perubahan perilaku risiko, obat anti
diabetik dan intervensi bedah. Pola makan dan pola hidup seorang penderita
diabetes mellitus haruslah diprioritaskan. Menu yang dikonsumsi pun haruslah
selalu terkontrol. Karena jika kekurangan atau kelebihan suatu zat saja,
pengaruh yang diakibatkan bisa fatal. Selain pengaturan pola makan, perlu
diperhatiakan pula latihan-latihan fisik yang dapat membantu penderita menjadi
lebih kuat dan sehat untuk beraktivitas. Ketahanan fisik yang kuat juga mampu
mengurangi kemungkinan komplikasi diabetes mellitus.
Usaha-usaha
pencegahan tersebut sangatlah baik, dengan mengatur pola makan, mengubah gaya
hidup dan mengonsumsi suplemen anti diabetes mellitus. Dengan demikian,
diabetes mellitus sebagai salah satu raja penyakit memerlukan manajemen
pengendalian yang baik yang efektif dan efisien. Strategi efektif ditujukan
kepada deteksi awal, peningkatan perawatan, dan self-manajemen.
B. Upaya
epidemiologis
Upaya
epidemiologis meliputi penanggulangan, pencegahan dan pengobatan. Penanggulangan
diarahkan pada upaya penurunan kejadian atau kasus. Termasuk didalamnya
penurunan angka prevalensi penyakit. Usaha ini dilakukan dengan menekankan
upaya-upaya pencegahan pada tingkat-tingkat awal.
Pencegahan
diarahkan kepada usaha-usaha khusus sehingga orang-orang atau masyarakat yang
belum menderita penyakit diabetes mellitus ini tidak jatuh menjadi korban
diabetes mellitus. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Pengobatan
diarahkan kepada penderita. Diharapkan penderita diabetes mellitus mampu
mengakses pelayanan pengobatan secara baik, memilih dan memakai bentuk
pengobatan yang sesuai dan meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
1. Pencegahan
diabetes mellitus
Kunci
utama pencegahan diabetes mellitus terletak pada tiga aspek. Yaitu pengendalian
berat badan, olah raga dan makan sehat. Pencegahan diabetes mellitus sendiri
meliputi banyak pencegahan. Antara lain pencegahan premordial, promosi
kesehatan, pencegahan khusus, diagnosis awal, pengobatan yang tepat, disability
limitation dan rehabilitasi (baik sosial dan medis).
Pencegahan
premordial ditujukan kepada masyarakat sehat. Untuk berperilaku sehat dan
mendukung upaya preventif dan menjamin diri sendiri dari terserangnya risiko
diabetes mellitus. Dapat dilakukan memberikan penyuluhan tentang bahaya
merokok, makanan bergizi dan seimbang, pola diet yang baik maupun
kegiatan-kegiatan jasmani yang dapat dilakukan.
Promosi
kesehatan ditujukan pada kelompok yang berisiko terserang penyakit ini. Untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko yang ada. Bentuk upaya ini adalah
konsultasi gizi / dietetik.
Diagnosis
awal dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah. Usaha ini sebenarnya mudah
dilakukan, apalagi zaman sekarang perkembangan alat-alat kedokteran semakin
canggih. Yang menjadi kendala adalah keinginan masyarakat untuk tanggap
terhadap kesehatan dirinya. Pengobatan yang tepat ditujukan kepada penderita
diabetes mellitus agar tidak sampai ke tahap komplikasi atau yang lebih berat
lagi. Selanjutnya adalah rehabilitas. Rehabilitasi dalam hal ini memiliki arti
memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi. Contoh upaya rehabilitasi
fisik adalah amputasi akibat kecacatan pengaruh penyakit diabetes mellitus.
C. Isoflavon
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula produk pangan
siap saji (instan). Produk-produk tersebut seolah-olah sehat dan aman untuk
dikonsumsi. Penyajiannya pun mudah dan cepat. Oleh karena itu, banyak
masyarakat yang mengonsumsinya tanpa memperhatikan kandungan gizinya. Banyak
yang belum menyadari bahwa kurangnya gizi atau lebihnya gizi membawa dampak
timbulnya penyakit. Bahkan saat ini “kegemukan” atau obesitas dianggap sebagai
lambang kemakmuran.
Kegemukan
adalah suatu kondisi tubuh dengan berat badan melebihi batas normal. Kondisi
seperti itu sangat berpotensi untuk munculnya berbagai penyakit.
Disisi
lain, perkembangan teknologi juga menyebabkan jumlah produksi dan konsumsi
kendaraan meningkat. Menyebabkan meningkatnya polusi udara dan produksi
oksidasi dalam tubuh. Kondisi demikian dapat memicu penyakit degeneratif secara
dini. Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya antioksidan dalam tubuh, sehingga
tidak mampu mengimbangi oksidasi yang terus-menerus masuk dalam tubuh. Oleh
karena itu, tubuh memerlukan suplai antioksidan dalam makanan dalam jumlah lebih.
Berbicara
tentang antioksidan, Indonesia kaya akan bahan pangan yang mengandung
antioksidan. Senyawa tersebut banyak terkandung dalam sayur-sayuran,
buah-buahan dan kacang-kacangan.
Reaksi
oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas yang terbentuk setiap saat dari
polusi, sinar matahari maupun kurangnya gizi menyebabkan penyakit degeneratif
seperti artherosklerosis maupun diabetes mellitus.
Isoflavon
merupakan bagian dari fitoestrogen, yaitu komponen bahan alam yang banyak
terdapat dalam kedelai maupun produk olahan kedelai lainnya. Dewasa ini,
susunan senyawa tersebut mencuri perhatian di dunia medis. Karena banyaknya
laporan bahwa konsumsi makanan berbasis tanaman kaya fitoestrogen sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
1. Beberapa
temuan manfaat isoflavon
Pertama
kali isoflavon diperkenalkan sebagai obat oleh orang Amerika bernama Gyorgy
yang sekaligus mengawali penggunaan senyawa tersebut dalam bidang terapeutik.
Survei
epidemiologis dan penelitian menunjukkan bahwa fitoestrogen memiliki efek
proteksi terhadap sindrom menopause dan berbagai gangguan penyakit.
Winarsi
(2003) melaporkan bahwa senyawa fitoestrogen dalam kedelai, dapat berperan
sebagai antioksidan yang mampu mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Selain
dikenal sebagai antioksidan, isoflavon juga diketahui bersifat entrogenik,
antiosteoporosis dan antiatherosklerosis.
Kandungan
isoflavon tertinggi terdapat pada produk kedelai yang difermentasi, seperti
tempe. Di dalam 1 gram protein kedelai, kira-kira mengandung 3,5 mg isoflavon.
Oleh karena itu, dengan mengetahui kandungan protein tempe dan olahan kedelai
lainnya, kita bisa memperkirakan asupan isoflavon sehari-hari.
D. Sumber
isoflavon
Isoflavon
adalah senyawa flavonoid yang merupakan salah satu anggota senyawa
fitoestrogen. Flavonoid merupakan sekelompok senyawa polifenol tanaman, yang
tersebar luas pada berbagai tanaman. Kandungan senyawa flavonoid pada tanaman
sangat rendah, yaitu sekitar 0,25 %. Senyawa-senyawa biasa terkonjugasi atau
terikat dengan senyawa gula (snyder & Kwon, 1987). Berbagai tanaman maupun
buah-buahan yang dapat dimakan, mengandung flavonoid, dimana konsentrasi nya
lebih tinggi pada daun dan kulit kupasannya dibanding pada jaringan yang lebih
dalam. Beberapa buah dan sayur seperti apel, prune, jeruk, kubis, lettuce dan
kentang mengandung flavonoid yang sangat besar. Demikian pula kandungan
flavonoid dalam secangkir teh hitam, mencapai lebih dari 40 mg. Fitoestrogen
terdiri dari tiga komponen penyusun yaitu isoflavon, lignan dan kumestran.
1. Jenis
dan sumber isoflavon
Isoflavon
merupakan salah satu komponen penyusun fitoestrogen. Senyawa isoflavon ini
terdistribusi secara luas pada berbagai bagian tanaman, baik pada bagian akar,
batang, daun, buah dan bunga. Sehingga secara tidak sadar, setiap makanan yang
bersifat nabati yang kita konsumsi sudah mengandung isoflavon, walaupun
jumlahnya sedikit. Isoflavon juga ditemukan dalam kacang-kacangan dan
biji-bijian. Dari berbagai tanaman tersebut, kandungan isoflavon tertinggi
ditemukan dalam kedelai dan olahannya.
Isoflavon
kedelai merupakan komponen yang diketahui sebagai flavonoid yang tersusun atas
daidzein, genistein dan sejumlah kecil glisitein (Vincent, 2000). Sumber
isoflavon terbanyak produk olahan kedelai diurutkan dari jumlah total isoflavon
adalah kedelai panggang dengan total isoflavon mencapai 2661 µg/g, isolat
protein kedelai dengan total isoflavon 987 µg/g. Kemudian tempe (865 µg/g),
tahu (532 µg/g), konsentrat protein (73 µg/g) dan yang paling rendah adalah
susu kedelai dengan total isoflavon sebanyak 28 µg/g.
Eldrige
(1982) melaporkan bahwa kadar isoflavon juga banyak terdapat dalam produk
komersial kedelai misalnya kripik kedelai dan isolat protein kedelai. Kandungan
isoflavon pada produk olahan komersial kedelai berada dalam kisaran 0,15 mg
setiap gram protein. Sedangkan dalam kedelai hijau dan tempe yang merupakan
sumber isoflavon utama, mengandung sekitar 3,5 mg setiap gram protein. Wang dan
Murphy menyatakan bahwa kandungan isoflavon dalam panganan tradisional berkisar
0,25-40 mg isoflavon. Sementara dalam tahu, susu kedelai dan isolat protein
kedelai, kandungan isoflavon hanya sekitar 0,1-2 mg.
Senyawa
isoflavon dalam kedelai terikat kuat dengan eksistensi protein. Bila dalam
suatu makanan diketahui kandungan proteinnya, maka sudah bisa diperkirakan
kandungan isoflavonnya. Penggunaan isoflavon sebagai bahan suplementasi atau
pengkayaan (enrichment), umumya tidak
berupa isolat murni isoflavon.
2. Lignan,
kumestran, jenis dan sumbernya
Lignan
dan kumestran merupakan dua komponen lain penyusun fitoestrogen. Sumber lignan
dalam bahan pangan yang umum adalah kacang-kacangan, biji-bijian, leguminosa
dan sayuran. Namun kandungan lignan tertinggi ada pada flakseed, yang kadarnya mencapai 100 kali dari kebanyakan bahan
pangan. Sumber lignan lain pada tanaman adalah gandum. Lignan banyak terdapat
pada bagian serat atau fiber. Pada
bagian ini, kandungan lignan paling tinggi. Namun sayang, bagian tersebut lebih
sering dibuang.
E. Sifat
dan manfaat isoflavon
Isoflavon merupakan senyawa yang unik. Dari
sifat uniknya tersebut, isoflavon memiliki banyak manfaat dan sifat. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa komponen penyusun isoflavon merupakan komonen
flavonoid yang bersifat antioksidatif, estrogenik dan anti kanker.
Konsumsi
kedelai yang mengandung isoflavon, diketahui penting untuk mencegahan
kanker,jantung dan beberapa penyakit degeneratif yang kini menjadi momok bagi
sebagian masyarakat.
Sel
yang menjadi target isoflavon dalam tubuh adalah jaringan reproduksi uterus,
payudara, kelenjar prostat, jaringan kardiovaskuler, pembuluh darah dan
jaringan skeletal.
1. Isoflavon
sebagai antioksidan
Suatu
senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidatif apabila senyawa tersebut mampu
mendonasikan satu atau lebih elektron kepada prooksidan, kemudian mengubah
senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil.
Sebagai antioksidan, isoflavon dalam
kedelai mampu meredam aktivitas radikal bebas dengan cara mengikat dan mencegah
reaksi berantai radikal tersebut. Isoflavon berpotensi untuk melindungi sel-sel
tubuh dari kerusakan oksidatif, sehingga struktur membran sel tetap utuh,
sehingga tubuh mampu bertahan dari serangan penyakit.
Keseimbangan oksidan dan antioksidan
dalam tubuh sangat menentukan kesehatan seseorang. Terutama dalam sistem imun.
Termasuk didalamnya integritas dan fungsi membran lipid, protein sel, asam
nukleat, dan kontrol signal serta ekspresi gen sel imun. Untuk mempertahankan
respon imun, diperlukan antioksidan secara optimal, karena seiring meningkatnya
umur berkaitan erat dengan menurunnya regulasi respon imun. Mengonsumsi
isoflavon yang mengandung antioksidan juga mampu menurunkan risiko akibat
penyakit degeneratif akibat faktor umur.
2. Manfaat
isoflavon pada metabolisme glukosa dan lipid
Metabolisme
glukosa dan lipid merupakan proses yang sangat kompleks, dikendalikan oleh
hormon peptida dan steroid. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa diet yang
mengandung kedelai berpengaruh pada metabolisme glukosa dan lipid. Kedelai
mampu menekan kadar glukosa dan trigliserid postprandial. Protein kedelai juga
diketahui mampu menurunkan rasio insulin-glukosa postprandial. Hal ini
membuktikan bahwa polisakarida maupun protein kedelai bermanfaat pada status
gukosa.
F. Korelasi
zat gizi isoflavon dengan diabetes mellitus
Diabetes
mellitus merupakan bentuk gangguan nutrisi yang terjadi pada sebagian
masyarakat di negara industri. Kejadian ini berkaitan erat dengan faktor risiko
pada kardiovaskuler seperti dislipidemia, atherosklerosis, dan arteri koroner.
Diabetes
mellitus juga merupakan bentuk kompleks gangguan metabolisme yang meliputi
tidak normalnya sekresi dan produksi glukosa endogen, yang dapat memperburuk
toleransi glukosa dan hiperglisemia. Beberapa penderita diabetes mellitus
tipe-1 (tergantung insulin) dan tipe-2 (tidak tergantung insulin) juga
mengalami gangguan metabolisme lipid yang akan berakibat pada peningkatan
risiko penyakit kardiovaskuler secara dini.
Berbagai
diet dapat digunakan untuk mengontrol berat badan, hiperglisemia dan
dislipidemia. Komponen diet pun juga harus yang rendah lemak serta banyak yang
mengandung serat serta antioksidan. Akhir-akhir ini, peran asupan diet protein sedang
menjadi perhatian. Adanya komponen senyawa fitoestrogen, yang berperan dalam
perbaikan lipid serum, modifikasi LDL teroksidasi, kecepatan metabolisme basal
dan oksidasi glukosa yang distimulir insulin.
Isoflavon
dan lignan juga berperan dalam metabolisme energi. Hal ini mengindikasikan
senyawa fitoestrogen bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus. Adanya
kemiripan struktur kimia antara isoflavon kedelai dengan estrogen endogen
menyebabkan komponen fitoestrogen tersebut dapat berkompetisi dengan 17-estradiol
untuk mengikat dengan protein reseptor estrogen intrasel, terutama sel
β-pankreas sebagai produsen insulin. Dengan terinduksinya reseptor estrogen,
memungkinkan produksi dan aktivitas insulin meningkat, menstimulasi glukosa
menjadi energi sehingga menekan terjadinya hiperglisemia maupun hiperlipidemia.
Crandall
(1998) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya terdapat dua reseptor estrogen alfa
dan estrogen beta, yang ditemukan dan diekspresikan dalam berbagai jaringan,
termasuk jaringan adiposa. Dalam hal ini, komponen fitoestrogen diketahui dapat
binding dengan kedua reseptor
estrogen tersebut, tetapi ikatannya lebih kuat terjadi pada reseptor estrogen
beta.
Disisi
lain, komponen fitoestrogen dapat menunjukkan potensi biologis nya melalui
mekanisme reseptor non estrogen, yaitu dengan menghambat aktivitas beberapa
enzim. Termasuk enzim protein tirosi kinase, DNA toposomerase I, DNA
toposomerase II dan S6 kinase ribosomal, yang berperan dalam
signaling sel dan nukleus, proliferase dan diferensiasi sel. Diduga isoflavon
sebagai komponen fitoestrogen memberikan efek selular dan metabolik pada
diabetes mellitus melalui mekanisme reseptor estrogen maupun reseptor non
estrogen.
Beberapa
laporan menunjukkan bahwa isoflavon kedelai berefek pada homeostasis glukosa,
sekresi insulin, dan metabolisme lipid. Efek metabolik fitoestrogen yang
terkandung dalam ekstrak kedelai (diadzein dan genistein) memberi efek
menghambat glukosa menembus membran brush
border. Sedangkan kandungan isoflavon genistein pada sel pankreas mampu
meningkatkan sekresi insulin basal, tetapi menurunkan proliferasi sel dan
menghambat reseptor insulin yang distimulir glukosa dan sulfonilurea. Isoflavon
genistein pada sel hepar mampu menurunkan bergabungnya glukosa dalam lipid dan
sejumlah reseptor insulin. Isoflavon genistein pada sel adiposa mampu
menghambat konversi glukosa menjadi lipid, menstimulir lipofisis basal,
menghambat oksidasi glukosa yang distimulir insulin pada dosis tertentu, tetapi
tidak berpengaruh pada otofosfolirasi insulin. Isoflavon coumestrol pada otot
skletal mampu menghambat glikogen dan binding
insulin ke membran.
Dari
data diatas, diperoleh bahwa penggunaan genistein mampu meningkatkan sekresi
insulin basal. Genistein juga mampu menghambat aktivitas tirosin kinase dan pelepasan
glukosa serta insulin. Genistein juga mampu menurunkan reseptor insulin
berafinitas tinggi, meningkatkan lipolisis basal, menurunkan sintesis lipid
basal yang diinduksi insulin dan glukosa. Mekanisme lipolitik genistein adalah
dengan menghambat oksidasi glukosa yang distimulir insulin.
Selain
kandungan genistein pada isoflavon, kandungan flakseed pada lignan juga dapat
digunakan sebagai sumber antioksidan. Seperti halnya isoflavon kedelai, lignan
juga memiliki sifat antioksidatif. Aktivitas antioksidan secoisolariciresinol
dan enterediol lebih tinggi daripada glukosa dan vitamin E dalam flakseed.
Antioksidan secoisolariciresinol diketahui mampu menurunkan risiko diabetes.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
diabetes mellitus yang menjadi momok bagi sebagian masyarakat karena sifatnya
yang tidak dapat diobati haruslah diberi solusi. Perubahan pola hidup, pola
makan dan aktivitas mampu mengontrol raja penyakit ini. Pemilihan bahan makanan
yang mengandung antioksidan tinggi seperti kedelai mampu dijadikan sebuah
panutan agar tercipta pola hidup tanggap diabetes mellitus. Kandungan isoflavon
yang kaya akan antioksidan harus dikonsumsi setiap hari dan menjadi sebuah
terapi bagi tubuh, terlebih bagi penderita diabetes mellitus.
B. Saran
Penulis
menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis siap
untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan diri penulis
khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.
Daftar
Pustaka
Bustan,
M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Tjokroprawiro,
Askandar. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia
bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Utami,
Prapti & Tim Lentera. 2003. Tanaman
Obat untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Tangerang : Agromedia Pustaka
Winarsi,
Heri. 2005. Isoflavon. Berbagai sumber,
sifat, dan manfaatnya pada penyakit degeneratif. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
.
No comments:
Post a Comment