Wednesday, December 26, 2012

terapi isoflavon untuk penderita DM


Terapi Kandungan Isoflavon pada Kedelai sebagai Usaha Pencegahan Dini Penyakit Diabetes Mellitus
logo.png





Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia dengan Dosen Pengampu : Drs. Joko Sarwono

Disusun oleh :
IZZAH RIZAQ ISTIQOMAH
NIM : J310120055

GIZI STRATA I
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012





DAFTAR ISI
Halaman sampul...........................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang................................................................................1
B.   Perumusan masalah.......................................................................3
C.   Tujuan.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.   Diabetes mellitus............................................................................5
1.    Pengertian diabetes mellitus...............................................6
2.    Pengendalian diabetes mellitus.........................................7
B.   Upaya epidemiologis.....................................................................7
1.    Pencegahan diabetes mellitus............................................8
C.   Isoflavon..........................................................................................9
1.    Beberapa temuan manfaat isoflavon..................................10
D.   Sumber isoflavon............................................................................11
1.    Jenis dan sumber isoflavon...............................................11
2.    Lignan, kumestran, jenis dan sumbernya.........................12
E.   Sifat dan manfaat isoflavon...........................................................12
F.    Korelasi zat gizi isoflavon dengan diabetes mellitus..................14
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan.....................................................................................17
B.   Saran..............................................................................................17
DaftarPustaka............................................................................................18


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Angka prevalensi penyakit degenaratif saat ini semakin meningkat bahkan menjadi penyebab kematian nomor satu didunia. Dahulu, penyakit degeneratif yang menjadi faktor utama kematian hanyalah terjadi di negara-negara maju. Namun sekarang, di negara berkembang pun juga banyak terjadi. Bahkan peningkatan prevalensi di negara berkembang lebih menonjol dibanding negara maju.
Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup, pola makan dan aktivitas menentukan kesehatan dan penyakit yang ada pada diri kita. Pola hidup yang berkembang di masyarakat saat ini adalah pola hidup instan. Demikian pula dalam pemilihan nutrisi makanan yang dikonsumsi. Masyarakat cenderung memilih segala sesuatu yang instan karena dianggap lebih efisien, cepat dan praktis. Namun, mereka tidak memperhatikan kandungan gizi dalam makanan instan yang mereka makan tersebut. Padahal, faktor terbesar penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian adalah karena kesalahan gaya hidup dan tidak terkontrolnya pola makan.
Salah satu penyakit degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh pola makan yang tidak terkontrol adalah diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus bukanlah penyakit baru yang muncul. Penyakit ini biasa disebut sebagai penyakit gula dan tidak dapat dipandang remeh. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga penderita tidak menyadari bahwa dirinya sudah terjangkit. Jika dibiarkan, penyakit ini akan menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius. Diabetes mellitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun ia dapat dikendalikan (dikontrol) dan diperlambat. Diabetes mellitus akan menjadi bagian keseharian seumur hidup penderitanya.
Penyakit ini sudah lama dikenal, khususnya pada keluarga “berbadan besar” bersama dengan gaya hidup tinggi. Namun kenyataannya, diabetes mellitus kini menjadi penyakit umum, menjadi beban masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian. Dalam jumlah, prevalensi penduduk dunia dengan diabetes mellitus mencapai 125-juta per tahun, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250-juta dalam sepuluh tahun mendatang. Menurut WHO, dunia kini dihuni oleh 171-juta penderita diabetes mellitus dan akan meningkat  dua kali pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri, penderita diabetes mellitus mencapai 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 (tahun 2030). Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu tiga puluh tahun.
Dengan menganalisis angka-angka diatas, maka sudah menjadi tanggung jawab penggerak kesehatan untuk bisa meminimalisir berkembangnya angka tersebut. Seperti sudah diuraikan diatas, bahwa diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah dan dikontrol. Perhatian lebih terhadap pola makan, gaya hidup serta gizi makanan yang kita makan mampu mengurangi dampak diabetes mellitus.
Pencegahan dan pengobatan menggunakan kandungan herbal akan lebih baik jika dibandingkan dengan pengobatan kimia. Karena dampak dari efek samping obat-obatan kimia lebih besar dibandingkan herbal. Salah satu contoh herbal yang mampu mencegah penyakit ini adalah kandungan isoflavon dalam kacang-kacangan atau biji-bijian.
Saat ini, masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang kandungan dalam kacang-kacangan. Selain kacang-kacangan terkenal dengan protein nabati dan lemak nabati nya, ternyata kacang juga mengandung isoflavon tinggi yang mampu meminimalisir angka kematian akibat diabetes mellitus.
Isoflavon juga terkandung dalam buah-buahan dan sayur-sayuran seperti tomat, jeruk dan lain-lain. Oleh sebab itu, asupan sayur dan buah yang tinggi juga penting. Selain untuk mendapatkan isoflavon sebagai antioksidan, dalam sayuran dan buah-buahan juga mengandung vitamin, mineral dan serat yang sangat berguna bagi tubuh.
Isoflavon sendiri merupakan bagian kelompok fitoestrogen, yaitu komponen bahan alam yang banyak terdapat pada kedelai. Akhir-akhir ini, senyawa tesebut menarik perhatian dalam dunia medis. Para peneliti juga meyakini bahwa isoflavon mampu mencegah terjadinya oksidasi LDL, yang menjadi pemicu atherosklerosis. Hasil penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa penggunaan protein kedelai mampu menurunkan kadar kolesterol dan berdampak positif terhadap obesitas dan diabetes mellitus.
Karena isoflavon mampu mencegah penyakit diabetes mellitus, maka penulis tergugah untuk mengangkat tema ini sebagai bentuk kepedulian terhadap usaha-usaha preventif diabetes mellitus melalui media pangan yang murah meriah disekitar kita. Agar dampak jangka panjangnya kelak mampu menurunkan angka prevalensi kematian akibat diabetes mellitus dan menggugah masyarakat agar lebih membudayakan panganan kaya isoflavon yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh.

B.   Perumusan masalah

1.    Mengapa angka prevalensi diabetes mellitus semakin meningkat?
2.    Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes mellitus?
3.    Apa cara atau usaha preventif yang berbasis alam yang baik bagi penderita diabetes mellitus?
4.    Bagaimana kandungan kedelai dan pengaruhnya bagi penderita diabetes mellitus?

C.   Tujuan

1.    Memaparkan definisi diabetes mellitus dan isoflavon dengan jelas dan mudah dimengerti
2.    Menjabarkan bahaya penyakit diabetes mellitus dan pentingnya usaha pencegahan penyakit tersebut
3.    Memberikan informasi mengenai kandungan isoflavon dalam kedelai yang sangat bermanfaat
4.    Memberikan solusi terbaik selain pengobatan kimia bagi penderita diabetes mellitus
5.    Mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan melalui terapi alami










BAB II
PEMBAHASAN
A.   Diabetes mellitus
Di Mesir, tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak disebut poliurinaria serta penurunan berat badan yang sangat drastis tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi, penulis India, Sushrutha, memberi nama penyakit ini penyakit kencing madu (honey urine disease).
Areteus, pada tahun 200 sebelum Masehi merupakan orang yang pertama kali memberikan istilah diabetes yang berarti “mengalir terus” dan mellitus yang berarti “manis”. Disebut diabetes karena selalu minum dalam jumlah banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus berupa urine yang banyak. Disebut mellitus karena urine penderita ini mengandung gula atau glukosa.
Diabetes mellitus yang kini dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis merupakan gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula dalam darah penderitanya akibat resistensi atau kekurangan insulin.
Penyakit ini sudah lama dikenal, khususnya dalam keluarga yang berbadan besar (gemuk) ditambah dengan gaya hidup yang “tinggi”. Namun saat ini, penyakit diabetes bukan lagi “penyakit orang kaya”. Disebut penyakit orang kaya karena menyerang orang-orang yang “subur” dengan pola makan dan gaya hidup yang serba instan. Kenyataannya, penyakit diabetes mellitus sudah menjadi penyakit masyarakat umum, menyerang setiap golongan, baik dinegara maju maupun negara berkembang.
Bahkan dalam jumlah prevalensi, jumlah penderita diabetes (diabetisi) dalam negara berkembang lebih banyak dibandingkan negara maju.
1.    Pengertian diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya kadar hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga kadar glukosa dalam tubuh menjadi meningkat.
Gula yang meliputi polisakarida, oligosakarida dan disakarida berfungsi sebagai penghasil tenaga yang menunjang seluruh aktivitas tubuh. Oleh karena itu, seorang diabetisi biasanya akan mengalami lesu, haus, sering buang air kecil dan penglihatan menjadi kabur.
Pada dasarnya, diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin yang diproduksi di pankreas sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh seorang penderita diabetes mellitus tidak dapat diserap semua oleh tubuh dan tidak mengalami metabolisme sel. Akibatnya, penderita menjadi lesu dan berat badan terus menurun.
Sekitar tahun 1960, diabetes mellitus diartikan sebagai penyakit metabolisme yang dikelompokkan dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia. Karena itu, diabetes mellitus juga sering disebut sebagai penyakit gula. Hal ini juga dikarenakan ketidakmampuan sel mempergunakan karbohidrat sebagai penghasil energi. Saat ini diabetes mellitus bukan hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme karbohidrat, namun juga menyangkut lemak dan protein.
2.    Pengendalian diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dalam prosesnya, dapat diperlambat atau dikendalikan. Secara umum, pengendalian diabetes mellitus dimaksudkan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan, mengidealkan berat badan dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi.
Prinsip dasar manajemen pengendalian atau penanganan diabetes mellitus meliputi pengaturan makanan, latihan jasmani, perubahan perilaku risiko, obat anti diabetik dan intervensi bedah. Pola makan dan pola hidup seorang penderita diabetes mellitus haruslah diprioritaskan. Menu yang dikonsumsi pun haruslah selalu terkontrol. Karena jika kekurangan atau kelebihan suatu zat saja, pengaruh yang diakibatkan bisa fatal. Selain pengaturan pola makan, perlu diperhatiakan pula latihan-latihan fisik yang dapat membantu penderita menjadi lebih kuat dan sehat untuk beraktivitas. Ketahanan fisik yang kuat juga mampu mengurangi kemungkinan komplikasi diabetes mellitus.
Usaha-usaha pencegahan tersebut sangatlah baik, dengan mengatur pola makan, mengubah gaya hidup dan mengonsumsi suplemen anti diabetes mellitus. Dengan demikian, diabetes mellitus sebagai salah satu raja penyakit memerlukan manajemen pengendalian yang baik yang efektif dan efisien. Strategi efektif ditujukan kepada deteksi awal, peningkatan perawatan, dan self-manajemen.
B.   Upaya epidemiologis
Upaya epidemiologis meliputi penanggulangan, pencegahan dan pengobatan. Penanggulangan diarahkan pada upaya penurunan kejadian atau kasus. Termasuk didalamnya penurunan angka prevalensi penyakit. Usaha ini dilakukan dengan menekankan upaya-upaya pencegahan pada tingkat-tingkat awal.
Pencegahan diarahkan kepada usaha-usaha khusus sehingga orang-orang atau masyarakat yang belum menderita penyakit diabetes mellitus ini tidak jatuh menjadi korban diabetes mellitus. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Pengobatan diarahkan kepada penderita. Diharapkan penderita diabetes mellitus mampu mengakses pelayanan pengobatan secara baik, memilih dan memakai bentuk pengobatan yang sesuai dan meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
1.    Pencegahan diabetes mellitus
Kunci utama pencegahan diabetes mellitus terletak pada tiga aspek. Yaitu pengendalian berat badan, olah raga dan makan sehat. Pencegahan diabetes mellitus sendiri meliputi banyak pencegahan. Antara lain pencegahan premordial, promosi kesehatan, pencegahan khusus, diagnosis awal, pengobatan yang tepat, disability limitation dan rehabilitasi (baik sosial dan medis).
Pencegahan premordial ditujukan kepada masyarakat sehat. Untuk berperilaku sehat dan mendukung upaya preventif dan menjamin diri sendiri dari terserangnya risiko diabetes mellitus. Dapat dilakukan memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, makanan bergizi dan seimbang, pola diet yang baik maupun kegiatan-kegiatan jasmani yang dapat dilakukan.
Promosi kesehatan ditujukan pada kelompok yang berisiko terserang penyakit ini. Untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang ada. Bentuk upaya ini adalah konsultasi gizi / dietetik.
Diagnosis awal dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah. Usaha ini sebenarnya mudah dilakukan, apalagi zaman sekarang perkembangan alat-alat kedokteran semakin canggih. Yang menjadi kendala adalah keinginan masyarakat untuk tanggap terhadap kesehatan dirinya. Pengobatan yang tepat ditujukan kepada penderita diabetes mellitus agar tidak sampai ke tahap komplikasi atau yang lebih berat lagi. Selanjutnya adalah rehabilitas. Rehabilitasi dalam hal ini memiliki arti memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi. Contoh upaya rehabilitasi fisik adalah amputasi akibat kecacatan pengaruh penyakit diabetes mellitus.
C.   Isoflavon
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula produk pangan siap saji (instan). Produk-produk tersebut seolah-olah sehat dan aman untuk dikonsumsi. Penyajiannya pun mudah dan cepat. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mengonsumsinya tanpa memperhatikan kandungan gizinya. Banyak yang belum menyadari bahwa kurangnya gizi atau lebihnya gizi membawa dampak timbulnya penyakit. Bahkan saat ini “kegemukan” atau obesitas dianggap sebagai lambang kemakmuran.
Kegemukan adalah suatu kondisi tubuh dengan berat badan melebihi batas normal. Kondisi seperti itu sangat berpotensi untuk munculnya berbagai penyakit.
Disisi lain, perkembangan teknologi juga menyebabkan jumlah produksi dan konsumsi kendaraan meningkat. Menyebabkan meningkatnya polusi udara dan produksi oksidasi dalam tubuh. Kondisi demikian dapat memicu penyakit degeneratif secara dini. Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya antioksidan dalam tubuh, sehingga tidak mampu mengimbangi oksidasi yang terus-menerus masuk dalam tubuh. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suplai antioksidan dalam makanan dalam jumlah lebih.
Berbicara tentang antioksidan, Indonesia kaya akan bahan pangan yang mengandung antioksidan. Senyawa tersebut banyak terkandung dalam sayur-sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.
Reaksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas yang terbentuk setiap saat dari polusi, sinar matahari maupun kurangnya gizi menyebabkan penyakit degeneratif seperti artherosklerosis maupun diabetes mellitus.
Isoflavon merupakan bagian dari fitoestrogen, yaitu komponen bahan alam yang banyak terdapat dalam kedelai maupun produk olahan kedelai lainnya. Dewasa ini, susunan senyawa tersebut mencuri perhatian di dunia medis. Karena banyaknya laporan bahwa konsumsi makanan berbasis tanaman kaya fitoestrogen sangat bermanfaat bagi kesehatan.
1.    Beberapa temuan manfaat isoflavon
Pertama kali isoflavon diperkenalkan sebagai obat oleh orang Amerika bernama Gyorgy yang sekaligus mengawali penggunaan senyawa tersebut dalam bidang terapeutik.
Survei epidemiologis dan penelitian menunjukkan bahwa fitoestrogen memiliki efek proteksi terhadap sindrom menopause dan berbagai gangguan penyakit.
Winarsi (2003) melaporkan bahwa senyawa fitoestrogen dalam kedelai, dapat berperan sebagai antioksidan yang mampu mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Selain dikenal sebagai antioksidan, isoflavon juga diketahui bersifat entrogenik, antiosteoporosis dan antiatherosklerosis.
Kandungan isoflavon tertinggi terdapat pada produk kedelai yang difermentasi, seperti tempe. Di dalam 1 gram protein kedelai, kira-kira mengandung 3,5 mg isoflavon. Oleh karena itu, dengan mengetahui kandungan protein tempe dan olahan kedelai lainnya, kita bisa memperkirakan asupan isoflavon sehari-hari.

D.   Sumber isoflavon
Isoflavon adalah senyawa flavonoid yang merupakan salah satu anggota senyawa fitoestrogen. Flavonoid merupakan sekelompok senyawa polifenol tanaman, yang tersebar luas pada berbagai tanaman. Kandungan senyawa flavonoid pada tanaman sangat rendah, yaitu sekitar 0,25 %. Senyawa-senyawa biasa terkonjugasi atau terikat dengan senyawa gula (snyder & Kwon, 1987). Berbagai tanaman maupun buah-buahan yang dapat dimakan, mengandung flavonoid, dimana konsentrasi nya lebih tinggi pada daun dan kulit kupasannya dibanding pada jaringan yang lebih dalam. Beberapa buah dan sayur seperti apel, prune, jeruk, kubis, lettuce dan kentang mengandung flavonoid yang sangat besar. Demikian pula kandungan flavonoid dalam secangkir teh hitam, mencapai lebih dari 40 mg. Fitoestrogen terdiri dari tiga komponen penyusun yaitu isoflavon, lignan dan kumestran.
1.    Jenis dan sumber isoflavon
Isoflavon merupakan salah satu komponen penyusun fitoestrogen. Senyawa isoflavon ini terdistribusi secara luas pada berbagai bagian tanaman, baik pada bagian akar, batang, daun, buah dan bunga. Sehingga secara tidak sadar, setiap makanan yang bersifat nabati yang kita konsumsi sudah mengandung isoflavon, walaupun jumlahnya sedikit. Isoflavon juga ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian. Dari berbagai tanaman tersebut, kandungan isoflavon tertinggi ditemukan dalam kedelai dan olahannya.
Isoflavon kedelai merupakan komponen yang diketahui sebagai flavonoid yang tersusun atas daidzein, genistein dan sejumlah kecil glisitein (Vincent, 2000). Sumber isoflavon terbanyak produk olahan kedelai diurutkan dari jumlah total isoflavon adalah kedelai panggang dengan total isoflavon mencapai 2661 µg/g, isolat protein kedelai dengan total isoflavon 987 µg/g. Kemudian tempe (865 µg/g), tahu (532 µg/g), konsentrat protein (73 µg/g) dan yang paling rendah adalah susu kedelai dengan total isoflavon sebanyak 28 µg/g.
Eldrige (1982) melaporkan bahwa kadar isoflavon juga banyak terdapat dalam produk komersial kedelai misalnya kripik kedelai dan isolat protein kedelai. Kandungan isoflavon pada produk olahan komersial kedelai berada dalam kisaran 0,15 mg setiap gram protein. Sedangkan dalam kedelai hijau dan tempe yang merupakan sumber isoflavon utama, mengandung sekitar 3,5 mg setiap gram protein. Wang dan Murphy menyatakan bahwa kandungan isoflavon dalam panganan tradisional berkisar 0,25-40 mg isoflavon. Sementara dalam tahu, susu kedelai dan isolat protein kedelai, kandungan isoflavon hanya sekitar 0,1-2 mg.
Senyawa isoflavon dalam kedelai terikat kuat dengan eksistensi protein. Bila dalam suatu makanan diketahui kandungan proteinnya, maka sudah bisa diperkirakan kandungan isoflavonnya. Penggunaan isoflavon sebagai bahan suplementasi atau pengkayaan (enrichment), umumya tidak berupa isolat murni isoflavon.
2.    Lignan, kumestran, jenis dan sumbernya
Lignan dan kumestran merupakan dua komponen lain penyusun fitoestrogen. Sumber lignan dalam bahan pangan yang umum adalah kacang-kacangan, biji-bijian, leguminosa dan sayuran. Namun kandungan lignan tertinggi ada pada flakseed, yang kadarnya mencapai 100 kali dari kebanyakan bahan pangan. Sumber lignan lain pada tanaman adalah gandum. Lignan banyak terdapat pada bagian serat atau fiber. Pada bagian ini, kandungan lignan paling tinggi. Namun sayang, bagian tersebut lebih sering dibuang.
E.   Sifat dan manfaat isoflavon
 Isoflavon merupakan senyawa yang unik. Dari sifat uniknya tersebut, isoflavon memiliki banyak manfaat dan sifat. Beberapa peneliti mengatakan bahwa komponen penyusun isoflavon merupakan komonen flavonoid yang bersifat antioksidatif, estrogenik dan anti kanker.
Konsumsi kedelai yang mengandung isoflavon, diketahui penting untuk mencegahan kanker,jantung dan beberapa penyakit degeneratif yang kini menjadi momok bagi sebagian masyarakat.
Sel yang menjadi target isoflavon dalam tubuh adalah jaringan reproduksi uterus, payudara, kelenjar prostat, jaringan kardiovaskuler, pembuluh darah dan jaringan skeletal.
1.    Isoflavon sebagai antioksidan
Suatu senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidatif apabila senyawa tersebut mampu mendonasikan satu atau lebih elektron kepada prooksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil.
            Sebagai antioksidan, isoflavon dalam kedelai mampu meredam aktivitas radikal bebas dengan cara mengikat dan mencegah reaksi berantai radikal tersebut. Isoflavon berpotensi untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif, sehingga struktur membran sel tetap utuh, sehingga tubuh mampu bertahan dari serangan penyakit.
            Keseimbangan oksidan dan antioksidan dalam tubuh sangat menentukan kesehatan seseorang. Terutama dalam sistem imun. Termasuk didalamnya integritas dan fungsi membran lipid, protein sel, asam nukleat, dan kontrol signal serta ekspresi gen sel imun. Untuk mempertahankan respon imun, diperlukan antioksidan secara optimal, karena seiring meningkatnya umur berkaitan erat dengan menurunnya regulasi respon imun. Mengonsumsi isoflavon yang mengandung antioksidan juga mampu menurunkan risiko akibat penyakit degeneratif akibat faktor umur.

2.    Manfaat isoflavon pada metabolisme glukosa dan lipid
Metabolisme glukosa dan lipid merupakan proses yang sangat kompleks, dikendalikan oleh hormon peptida dan steroid. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa diet yang mengandung kedelai berpengaruh pada metabolisme glukosa dan lipid. Kedelai mampu menekan kadar glukosa dan trigliserid postprandial. Protein kedelai juga diketahui mampu menurunkan rasio insulin-glukosa postprandial. Hal ini membuktikan bahwa polisakarida maupun protein kedelai bermanfaat pada status gukosa.
F.    Korelasi zat gizi isoflavon dengan diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan bentuk gangguan nutrisi yang terjadi pada sebagian masyarakat di negara industri. Kejadian ini berkaitan erat dengan faktor risiko pada kardiovaskuler seperti dislipidemia, atherosklerosis, dan arteri koroner.
Diabetes mellitus juga merupakan bentuk kompleks gangguan metabolisme yang meliputi tidak normalnya sekresi dan produksi glukosa endogen, yang dapat memperburuk toleransi glukosa dan hiperglisemia. Beberapa penderita diabetes mellitus tipe-1 (tergantung insulin) dan tipe-2 (tidak tergantung insulin) juga mengalami gangguan metabolisme lipid yang akan berakibat pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler secara dini.
Berbagai diet dapat digunakan untuk mengontrol berat badan, hiperglisemia dan dislipidemia. Komponen diet pun juga harus yang rendah lemak serta banyak yang mengandung serat serta antioksidan. Akhir-akhir ini, peran asupan diet protein sedang menjadi perhatian. Adanya komponen senyawa fitoestrogen, yang berperan dalam perbaikan lipid serum, modifikasi LDL teroksidasi, kecepatan metabolisme basal dan oksidasi glukosa yang distimulir insulin.
Isoflavon dan lignan juga berperan dalam metabolisme energi. Hal ini mengindikasikan senyawa fitoestrogen bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus. Adanya kemiripan struktur kimia antara isoflavon kedelai dengan estrogen endogen menyebabkan komponen fitoestrogen tersebut dapat berkompetisi dengan 17-estradiol untuk mengikat dengan protein reseptor estrogen intrasel, terutama sel β-pankreas sebagai produsen insulin. Dengan terinduksinya reseptor estrogen, memungkinkan produksi dan aktivitas insulin meningkat, menstimulasi glukosa menjadi energi sehingga menekan terjadinya hiperglisemia maupun hiperlipidemia.
Crandall (1998) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya terdapat dua reseptor estrogen alfa dan estrogen beta, yang ditemukan dan diekspresikan dalam berbagai jaringan, termasuk jaringan adiposa. Dalam hal ini, komponen fitoestrogen diketahui dapat binding dengan kedua reseptor estrogen tersebut, tetapi ikatannya lebih kuat terjadi pada reseptor estrogen beta.
Disisi lain, komponen fitoestrogen dapat menunjukkan potensi biologis nya melalui mekanisme reseptor non estrogen, yaitu dengan menghambat aktivitas beberapa enzim. Termasuk enzim protein tirosi kinase, DNA toposomerase I, DNA toposomerase II dan S6 kinase ribosomal, yang berperan dalam signaling sel dan nukleus, proliferase dan diferensiasi sel. Diduga isoflavon sebagai komponen fitoestrogen memberikan efek selular dan metabolik pada diabetes mellitus melalui mekanisme reseptor estrogen maupun reseptor non estrogen.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa isoflavon kedelai berefek pada homeostasis glukosa, sekresi insulin, dan metabolisme lipid. Efek metabolik fitoestrogen yang terkandung dalam ekstrak kedelai (diadzein dan genistein) memberi efek menghambat glukosa menembus membran brush border. Sedangkan kandungan isoflavon genistein pada sel pankreas mampu meningkatkan sekresi insulin basal, tetapi menurunkan proliferasi sel dan menghambat reseptor insulin yang distimulir glukosa dan sulfonilurea. Isoflavon genistein pada sel hepar mampu menurunkan bergabungnya glukosa dalam lipid dan sejumlah reseptor insulin. Isoflavon genistein pada sel adiposa mampu menghambat konversi glukosa menjadi lipid, menstimulir lipofisis basal, menghambat oksidasi glukosa yang distimulir insulin pada dosis tertentu, tetapi tidak berpengaruh pada otofosfolirasi insulin. Isoflavon coumestrol pada otot skletal mampu menghambat glikogen dan binding insulin ke membran.
Dari data diatas, diperoleh bahwa penggunaan genistein mampu meningkatkan sekresi insulin basal. Genistein juga mampu menghambat aktivitas tirosin kinase dan pelepasan glukosa serta insulin. Genistein juga mampu menurunkan reseptor insulin berafinitas tinggi, meningkatkan lipolisis basal, menurunkan sintesis lipid basal yang diinduksi insulin dan glukosa. Mekanisme lipolitik genistein adalah dengan menghambat oksidasi glukosa yang distimulir insulin.
Selain kandungan genistein pada isoflavon, kandungan flakseed pada lignan juga dapat digunakan sebagai sumber antioksidan. Seperti halnya isoflavon kedelai, lignan juga memiliki sifat antioksidatif. Aktivitas antioksidan secoisolariciresinol dan enterediol lebih tinggi daripada glukosa dan vitamin E dalam flakseed. Antioksidan secoisolariciresinol diketahui mampu menurunkan risiko diabetes.






BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Penyakit diabetes mellitus yang menjadi momok bagi sebagian masyarakat karena sifatnya yang tidak dapat diobati haruslah diberi solusi. Perubahan pola hidup, pola makan dan aktivitas mampu mengontrol raja penyakit ini. Pemilihan bahan makanan yang mengandung antioksidan tinggi seperti kedelai mampu dijadikan sebuah panutan agar tercipta pola hidup tanggap diabetes mellitus. Kandungan isoflavon yang kaya akan antioksidan harus dikonsumsi setiap hari dan menjadi sebuah terapi bagi tubuh, terlebih bagi penderita diabetes mellitus.
B.   Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis siap untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan diri penulis khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.









Daftar Pustaka
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Tjokroprawiro, Askandar. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Utami, Prapti & Tim Lentera. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Tangerang : Agromedia Pustaka
Winarsi, Heri. 2005. Isoflavon. Berbagai sumber, sifat, dan manfaatnya pada penyakit degeneratif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press







.







No comments:

Post a Comment